Senin, 18 Juni 2012

MENGUKIR MASA LALU I

Mengukir kembali kisah yang lalu, harap jadi inspirasi kedepan…yang terasa membentang hingga membangkitkan semangatku untuk hidup dan berjuang dalam dunia ini. Walau terkadang perih dihati namun selalu aku menikmati, Aku merasa sebagai anak bangsa yang nantinya sangat berguna bagi negeri ini. Kata sekolah…, dalam benak dijiwa harus mampu aku menikmatinya. Walau dana tidak mencukupi… bahkan untuk makan agak terasa sulit, aku tidak akan menyerah. Hidup di kota Metro yang bergaul dengan para pemulung…, merupakan suatu kebahagian dimana terselip rasa kebanggaan. Karena dari sanalah aku mampu menghidupi diriku, saudaraku dan juga ibu yang masih aku miliki saat ini.

Pagi-pagi buta aku terbangun dari indah mimpi-mimpiku. Aku tidak mau peduli, yang ada dalam pikiranku adalah aku harus segera pergi ke wilayah-wilayah yang tiap harinya sudah aku petakan. Waktu mencari uang kini telah terbentang…, walaupun pendapatannya tidak terlalu memuaskan namun dari sanalah aku dapat melanjutkan sekolahku.


“Cari...dan mencari terus...mengais rezeki di tengah tumpukan sampah”

Semangat  yang berkobar-kobar ditiap pagiku, dengan berkendara gerobak yang sudah di kombinasi dengan sepeda, aku harus mengayuh tiga roda ini di tengah padatnya lalu lalang kendaraan beroda dua dan empat. Dari satu tempat ke tempat lainnya aku jajali. Dimana hasilnya dapat mencukupi keseharianku bersama ibu, saudara dan juga sekolahku. Walau hidup kami sangat… dan sangat sederhana, itu tidak akan mematahkan semangatku untuk meraih cita-citaku sebagai seorang dokter.

Plastik dan besi bekas yang terkumpul sedikit demi sedikit mengisi kekosongan gerobak yang tiap harinya bersamaku, membuat kepuasan yang selama ini masih aku nikmati, terkadang...kadang isinya sedikit bahkan nihil, kalau dirata-rata pendapatan paling tidak Rp. 15.000,- perhari, hasil dari pendapatan ini sudah dapat menghidupi keluarga kami begitu juga dengan sekolahku. 
 

Memang tidak cukup lama aku  bergulat di tengah hiruk pikuknya kota karena aku juga harus melanjutkan sekolah dan tentu pelajaran-pelajaran yang sedang menungguku. Semangat untuk belajar memang aku miliki sejak aku dari kecil. Karena aku ingin menjadikan diriku yang berharga bagi ibuku. Karena aku lelaki tertua di antara saudaraku yang lain. Semenjak ayah meninggalkan kami, akulah yang menjadi tulang punggung keluarga, aku tidak menyesal…dengan usiaku yang masih sangat kecil, namun disinilah aku mengerti akan arti hidup yang sesungguhnya, dimana perlu perjuangan yang amat sangat harus kita raih. Aku disekolah memang dikenal murid teladan, kejuaran-kejuaran untuk mewakili sekolah selalu aku wakili walau tidak memberi hasil yang memuaskan, baik itu dalam bidang olah raga maupun ilmu pengetahuan.

Setelah usai…jam sekolah, perjuanganku tidak cukup disini. Aku masih melanjutkan menikmati  hari-hariku dipinggiran jalan…, ya masih sama mencari rizki.  Aku berjalan dengan memikul karung yang berisikan botol-botol dan juga kaleng-kaleng. Dimana nantinya aku setorkan pada pengepul rongsokan. Walaupun hasilnya tidak terlalu banyak namun bisa untuk tambahan.

Panas aku tidak mau peduli…, aku jalani hidup ini penuh dengan kebahagian, karena Tuhan masih memberikan aku seribu rasa bahkan sejuta keindahan dunia, yang aku dapat dengan nilai sempurna di mataku.

Malam harinya tugasku untuk menyelesaikan pekerjaan rumah  dan juga belajar, baru kemudian aku dapat istirahat dengan senyuman terhampar. Begitulah keseharianku…, terus dan terus hingga aku masuk ke masa remaja.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger