Ini adalah kisah yang dialami oleh sebuah keluarga burung. Si induk menetaskan beberapa telor menjadi burung-burung kecil yang indah dan sehat. Si induk pun sangat bahagia dan merawat mereka semua dengan penuh kasih sayang.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Burung-burung kecil inipun mulai dapat bergerak lincah. Mereka mulai belajar mengepakkan sayap, mencari-cari makanan untuk kemudian mematuknya. Dari beberapa anak burung ini tampaklah seekor burung kecil yang berbeda dengan saudaranya yang lain.
Ia tampak pendiam dan tidak selincah saudara-saudaranya. Ketika saudara-saudaranya belajar terbang, ia memilih diam di sarang daripada lelah dan terjatuh, ketika saudara-saudaranya berkejaran mencari makan, ia memilih diam dan menantikan belas kasihan saudaranya. Demikian hal ini terjadi seterusnya.
Saat sang induk mulai menjadi tua dan tak sanggup lagi berjuang untuk menghidupi anak-anaknya, Si anak burung ini mulai merasa sedih. Seringkali ia melihat dari bawah saudara-saudaranya terbang tinggi di langit. Ketika saudara-saudaranya dengan lincah berpindah dari dahan satu ke dahan yang lain di pohon yang tinggi, ia harus puas hanya dengan berada di satu dahan yang rendah. Ia pun merasa sangat sedih.
Dalam kesedihannya, ia menemui induknya yang sudah tua dan berkata, “ Ibu, aku merasa sangat sedih, mengapa aku tidak bisa terbang setinggi saudara-saudaraku yang lain, mengapa aku tidak bisa melompat-lompat di dahan yang tinggi aku hanya bisa berdiam di dahan yang rendah?”
Si induk pun merasa sedih dan dengan air mata ia berkata, “ Itulah pilihanmu nak.”
====================================================================================
Kita hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan, dan keberadaan kita saat ini, karena pilihan yang telah kita buat sebelumnya. seperti halnya dengan burung kecil ini pada contoh di atas, sebenarnya dia diciptakan untuk terbang, namun dia lebih memilih untuk diam dan tidak berbuat apa-apa.
Allah SWT selalu memberi penunjuk jalan bagi kita, namun keputusan untuk memilih ada di tangan kita. Tergantung bagaimana cara kita memilihnya. Seringkali kita memilih tidak sesuai petunjuk Allah SWT, memilih ini dengan cara kita sendiri. Allah SWT memanggil kita untuk menjadi khalifah di dunia ini, tetapi kita lebih sering memilih untuk menjadi batu sandungan bagi dunia ini dengan perbuatan-perbuatan kita. Dalam kehidupan kita saat ini diperhadapkan kepada baik atau buruk.
Apakah kita memilih hidup yang kita jalani ini menjadi baik atau justru sebaliknya menjadi buruk. Apakah kita mau memaksimalkan hidup ini atau justru kita memilih hidup biasa-biasa saja? Pilihan ada pada kita. Jangan pernah menyalahkan kehidupan ini, karena apabila kita salah memilih, maka itu akan mempengaruhi kehidupan kita di masa yang akan datang.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Burung-burung kecil inipun mulai dapat bergerak lincah. Mereka mulai belajar mengepakkan sayap, mencari-cari makanan untuk kemudian mematuknya. Dari beberapa anak burung ini tampaklah seekor burung kecil yang berbeda dengan saudaranya yang lain.
Ia tampak pendiam dan tidak selincah saudara-saudaranya. Ketika saudara-saudaranya belajar terbang, ia memilih diam di sarang daripada lelah dan terjatuh, ketika saudara-saudaranya berkejaran mencari makan, ia memilih diam dan menantikan belas kasihan saudaranya. Demikian hal ini terjadi seterusnya.
Saat sang induk mulai menjadi tua dan tak sanggup lagi berjuang untuk menghidupi anak-anaknya, Si anak burung ini mulai merasa sedih. Seringkali ia melihat dari bawah saudara-saudaranya terbang tinggi di langit. Ketika saudara-saudaranya dengan lincah berpindah dari dahan satu ke dahan yang lain di pohon yang tinggi, ia harus puas hanya dengan berada di satu dahan yang rendah. Ia pun merasa sangat sedih.
Dalam kesedihannya, ia menemui induknya yang sudah tua dan berkata, “ Ibu, aku merasa sangat sedih, mengapa aku tidak bisa terbang setinggi saudara-saudaraku yang lain, mengapa aku tidak bisa melompat-lompat di dahan yang tinggi aku hanya bisa berdiam di dahan yang rendah?”
Si induk pun merasa sedih dan dengan air mata ia berkata, “ Itulah pilihanmu nak.”
====================================================================================
Kita hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan, dan keberadaan kita saat ini, karena pilihan yang telah kita buat sebelumnya. seperti halnya dengan burung kecil ini pada contoh di atas, sebenarnya dia diciptakan untuk terbang, namun dia lebih memilih untuk diam dan tidak berbuat apa-apa.
Allah SWT selalu memberi penunjuk jalan bagi kita, namun keputusan untuk memilih ada di tangan kita. Tergantung bagaimana cara kita memilihnya. Seringkali kita memilih tidak sesuai petunjuk Allah SWT, memilih ini dengan cara kita sendiri. Allah SWT memanggil kita untuk menjadi khalifah di dunia ini, tetapi kita lebih sering memilih untuk menjadi batu sandungan bagi dunia ini dengan perbuatan-perbuatan kita. Dalam kehidupan kita saat ini diperhadapkan kepada baik atau buruk.
Apakah kita memilih hidup yang kita jalani ini menjadi baik atau justru sebaliknya menjadi buruk. Apakah kita mau memaksimalkan hidup ini atau justru kita memilih hidup biasa-biasa saja? Pilihan ada pada kita. Jangan pernah menyalahkan kehidupan ini, karena apabila kita salah memilih, maka itu akan mempengaruhi kehidupan kita di masa yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar